Kali ini saya mencoba sedikit berbagi cerita Jejalan yang tetap meng-explore keadaan air terjun Sekuti. Jika postingan cerita sebelumnya adalah tentang Sekuti atas (dapat dibaca disini), maka kali ini saya mencoba mengunjungi Sekuti dari view bawah air terjunnya. Untuk mudahnya kita sebut saja Sekuti bawah.

Pada jejalan kali ini saya lakukan di hari yang berbeda dengan kunjungan di Sekuti atas, karena pada saat kunjungan ke Sekuti atas adalah keadaan accidental alias iseng-iseng saja, untuk sekedar melepas penat dari kacaunya hari-hari di Surabaya. Sepulang dari Sekuti atas saya jadi berpikir, kenapa saya tidak mencoba untuk turun dan menjelajah Sekuti bawah. Saya-pun segera mengontak sahabat saya “Soer” yang kebetulan adalah orang yang mau menemani saya ke Sekuti atas waktu itu. Tidak lama kemudian dia balik bertanya, “Serius?…” sambil mengerutkan dahinya. Sejenak kemudian dia menjelaskan bahwa hampir tidak ada orang yang datang berkunjung kesana. Mengingat sebenarnya tidak ada jalur atau tebing yang layak untuk dilewati agar dapat turun ke bawah. Satu-satunya jalan adalah turun ke hutan, kemudian menyusuri sungai yang diapit tebing-tebing curam dan tinggi. Tanpa keraguan sedikitpun saya menjawab dengan tegas, Harus! kita harus kesana secepatnya.
Dari telephone ke telephone, sms dan juga segala macam komunikasi melalui media sosial, saya meyakinkan dia untuk mau turun ke sana. Sampai akhirnya sayapun di arahkan untuk bicara ke Arif (teman sekampung Sahabat saya tadi), dasar si Arif yang terkenal sebagai perimba lokal, dengan enteng dia meng-iya-kan ajakan saya. Akhirnya disepakatilah untuk berangkat di akhir pekan terdekat.
Sampailah pada hari keberangkatan, saya bermotor pagi-pagi keluar dari Surabaya untuk menghindari macetnya Porong. Tujuan awal adalah kerumah Sahabat saya di Bangil, sesampai disana si Arif ternyata mengajak murid satu-satunya di padepokannya untuk ikut bergabung. Sebut saja Rizky, entah itu nama sebenarnya atau tidak saya kurang tahu, karena belum pernah lihat langsung KTP-nya, haha (dikeplak risky). Yup dengan cepat kita berempat akhirnya meluncur ke Tretes juga.
Setelah menitipkan motor di rumah kenalan Arif di sekitar Tretes, kita-pun mulai turun dan masuk ke kebun-kebun penduduk lokal. Kata Sahabat saya sebenarnya ada jalan utama yang lebih enak untuk masuk ke hutan yang mengarah ke Sungai Sekuti, tetapi jika kepergok petugas, kita pasti disuruh kembali. Dengan sedikit mengundi keberuntungan kita-pun masuk hutan dengan cara menyusuri tebing-tebing curam. Setelah berjalan cukup lama jalanan berhenti karena buntu, di depan kita terlihat terbing curam yang tidak memungkinkan untuk dilalui. Dengan terpaksa memutarlah kita mencari alternatif jalan lain, tidak lama setelah memutar badan kita bertemu petani madu hutan yang memberi tahu arah yang benar. Wohoho ternyata kita tadi tidak benar-benar salah jalan, Beliau memberi tahu bahwa ada jalan kok di depan sebelah kanan tadi, lurus saja katanya. Kami pun berbalik arah lagi sesuai petunjuk bapak tadi.
Terima kasih banyak lho Pak!. Dengan hati-hati kami akhirnya dapat turun ke sungai. Sekali lagi terima kasih Pak, mungkin sekali itu saja kami lewat sana Pak. Jalannya benar-benar bikin Jejalan kali ini makin makyus, sindir teman-teman setelah sampai di atas sungai. Haha!. Ya sebenarnya yang kami lewati barusan tidak bisa disebut jalur, tetapi lebih berupa sungai kecil curam dan terjal yang saat itu mengering, rupanya sungai ini adalah jalur buangan air hujan dari tebing yang lebih atas lagi.
Perjalanan kini berlanjut dengan susur sungai untuk tepat sampai di area bawah air terjun Sekuti. Untunglah musim hujan belum benar-benar turun, sehingga sungai yang kami lewati tidak terlalu banyak airnya. Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya jika di puncak gunung saat ini terjadi hujan. Tentu dengan sangat mudah tubuh kami akan tersapu banjir yang mengulung-gulung dengan ganas di sungai yang kami lintasi ini, mengingat jalur sungai yang terbuka di awal-awal kini berubah jadi jalur sungai panjang yang diapit tebing-tebing curam. Tidak ada satupun jalur evakuasi darurat seandaikan banjir dari atas gunung benar-benar datang. Tebing kanan kiri tidak memungkinkan untuk dipanjat, terlebih lagi beberapa tebing malah mengucurkan air terus menerus bak sedang hujan saja. Hanya doa saja yang bisa kami panjatkan agar hujan tidak turun waktu itu.
Dalam perjalanan yang cukup riskan ini saya malah sempat menawari Arif untuk naik ke Welirang dan Arjuno kapan waktu, jika ada kesempatan. Yah setidaknya kita bisa mulai dengan menjelajah lagi jalur menuju air terjun Alap-alap* di kaki gunung Welirang dalam waktu dekat. Maksudnya mencari aktivitas petualangan yang lebih santai saja dulu, sebagai pemanasan. Bak gayung bersambut lagi, si Perimba lokal tadi meng-iyakan juga ajakan saya. Dalam perjalanan susur sungai yang cukup panjang di Sekuti ini, saya membuat beberapa rencana petualangan bersama Arif berikutnya.
Tidak terasa dengan obrolan dan be-candaan sepanjang perjalanan, maka telah sampailah kita ke pada saat-saat yang berbahagian, merdeka, dan sentosa. Wehehe. Air terjun Sekuti bawah memang cukup menarik untuk dinikmati. Area untuk menikmati pemandangannya pun cukup lapang membentang di depan mata, tidak seperti jalur aksesnya.
Tanpa menyia-nyiakan waktu kami-pun mencoba mengabadikannya melalui Foto dan Video seperlunya. Sekitar lebih kurang 30 menitan saja kami berada disana dan segera memutuskan untuk kembali pulang karena awan gelap mulai terlihat berjalan pelan diatas kami menuju ke puncak gunung. Dari pada kami pulang untuk selama-lamanya, maka mempercepat jalan sewaktu pulang adalah keharusan mutlak.
Beruntung saya memiliki teman-teman yang sangat sadar lingkungan, dalam keadaan terpepet waktu sekalipun mereka masih sempat mengumpulkan beberapa sampah yang beserakan untuk dibawa pulang. Ya saya jadi ingat, itu memang kebiasaan teman-teman ketika traveling. Pernah Arif terlihat marah di waktu perjalanan yang lain, ketika dia melihat beberapa sampah plastik yang berserakan di bekas ground camp sekitar pos Pet Bocor, jalur pendakian Welirang – Arjuno. Dia-pun saat itu memungutinya untuk dibawa turun kembali.
Namun sayang sekali kamera untuk dokumentasi yang saya bawa saat itu bukanlah tipe wide lenses. Sehingga pemandangan di depan mata kurang dapat didokumentasikan dengan lebih maksimal lagi. Tetapi setidaknya kami masih bisa berbagi kepada pembaca Jejalan, pemandangan air terjun Sekuti dari view bawah berikut ini. Selamat menikmati 🙂
*Air terjun Alap-alap yang saya rencanakan bersama Arif dan teman-teman waktu perjalanan di Sekuti Bawah ini, juga sudah saya lakukan di waktu yang berbeda pula. Tunggu saja laporan lengkapnya segera setelah jatah upload VimeoHD punya saya kembali normal lagi.
Wohoho… jika merunut deal-deal rencana Jejalan saya dengan teman-teman kemaren, akan ada banyak sekali laporan Jejalan baik yang sudah ataupun yang akan saya lakukan. Mari bertualang kembali di dunia nyata temans 🙂
Q pernah ke sekuti bawah,,,tp tu pun dah lama,,trakir ksana SD kelas 5..
Smenjak denger2 sekuti ditutup gr2 longsor,,jd sedih gag bisa ksana lagi..
Buat ‘jejalan’,,pengen donk kapan2 ikut ptualanganx.. ^^,
Setahu saya sampai skrng sekuti belum dibuka untuk umum. yang dibuka cuma kakek bodo saja. CMIIW. haha kami cuma beberapa sahabat yang suka berpegian kok, ndak ada rencana atau jadwal pastinya. jadi untuk bertualang bisa dimulai dengan mengajak teman2 dekat dulu. coba saja destinasi yang dekat-dekat dulu 🙂