Sudah sesuai dengan rencana sebelumnya, tengah minggu itu kami memutuskan menyambangi salah satu lokasi air terjun di kawasan prigen pasuruan. Berada sekitar 6-7 km sebelah selatan dari air terjun kakek bodo, warga sekitar menyebutnya dengan julukan Air Terjun Alap-Alap. Mengambil nama sejenis burung pemangsa yang merupakan satwa endemik di hutan penyangga ekosistem pegunungan Welirang – Arjuno.
Kendati tidak dibuka untuk umum, air terjun ini bisa dijangkau dengan trekking kurang lebih 1 jam dari area bumi perkemahan kakek bodo. Berjalan menyusuri jalur hutan yang berkelok, menembus semak belukar dan naik turun tanjakan, merupakan sensasi yang menarik bagi para penggemar trekking kelas menengah seperti saya.
Selama perjalanan menembus hutan, sengaja saya melepas earphone yang dari awal menempel erat di teinga. Sejenak saya tinggalkan alunan musik dari handphone saya, dan membiarkan suara alam yang memenuhi rimba raya itu membius indera pendengaran saya. Kicauan burung bersahutan, gemericik aliran sungai, alunan angin yang menyeruak diantara dedauanan, dan berisik serangga yang melengkapi alunan konser musik rimba siang hari itu. Menakjubkan!.
Selama perjalanan yang menyenangkan ini, kami sempat berhenti beberapa kali untuk mengambil gambar di area-area yang terlihat menarik. Belum lagi sejenak ketegangan bertambah tatkala beberapa meter didepan kami, sekelompok kera hutan berukuran jumbo berbulu lebat hitam melintas berloncatan diatas pepohonan. Dahan dan dedaunan diatas rimbunnya pepohonan hutan ini bak seperti jalan tol saja bagi mereka, bergerak dan melintas cepat tanpa ada hambatan yang menghadang. Kami pun memilih untuk berhenti lagi setiap kali melihat gerombolan kera melintas tidak jauh dari jalur treking kami. Bukan karena kami takut diserang kera hutan liar itu, namun kami khawatir benda-benda seperti lensa kamera dan jam tangan menarik perhatian mereka. Wah, perjalanan kali ini semakin menegangkan saja.
Jalur trekking menuju ke lokasi air terjun sebenarnya tidak terlalu berat. Namun dibutuhkan stamina yang prima serta kewaspadaan ekstra tinggi. Selain jalurnya yang kadang sedikit menyesatkan, kehilangan konsentrasi salah-salah kepala bisa terbentur dahan dan ranting pohon. Atau bahkan kaki terantuk akar tanaman, yang lebih parah lagi salah pijak yang mengakibatkan terpeleset dan jatuh ke dalam jurang. Puuhh…, peringatan keras bagi mereka yang suka bercanda gurau didalam hutan.
Lelahnya perjalanan serasa terbayar lunas sesampainya di lokasi air terjun. Sebuah pemandangan menarik tersaji diantara kumpulan batuan gunung berukuran raksasa. Air jernih dan segar mengalir disela bebatuan, menimbulkan suara gemericik yang khas memanjakan telinga. Namun posisi air terjun utama masih belum terlihat. Kami harus mendaki batuan besar nan terjal setinggi kurang lebih 10 meter lagi. Dengan sedikit hati-hati, kami menaiki bebatuan licin nan terjal itu. Andai kami tidak membawa peralatan kamera lengkap dan tripod, mungkin bisa berloncatan selincah Sun Go Kong dalam serial Kera Sakti. Hahaha.
Sesampainya diatas, terhampar pemandangan yang menarik dan istimewa. Sebuah air terjun setinggi kurang lebih 40 meter, dengan tiga tingkatan yang unik. Tampak jelas menghampar diantara tebing-tebing tinggi yang mengelilingi area kolam air seluas hampir 60 meter persegi. Tiga trap tingkatan air terjun itulah yang membuat suara gemuruhnya terdengar unik, seolah bersahutan dengan hembusan angin disertai uap air yang menghampar lembut di wajah, menambah kesegaran udara disekitarnya. Air terjun ini memang unik dan berbeda. Namun sayang sekali kami berkunjung tepat dipenghujung musim kemarau, sehingga debit airnya sudah sangat berkurang mengingat lokasi air terjun ini cukup tinggi dilereng kaki gunung Welirang, sehingga mungkin tinggal beberapa mata air saja yang masih menjadi pemasok utama air terjun ini.
Tak sabar kami segera berburu gambar mengabadikan keanggunan Air Terjun Alap-Alap, beberapa kali juga mengambil video untuk melengkapi dokumentasi petualangan kali ini. Tanpa terasa waktu sudah mulai beranjak sore. Mengingat perjalanan yang jauh lebih aman diakukan sebeum gelap, dan menghindari turunnya hujan di puncak. Kami memutuskan untuk segera turun, kembali menembus lebatnya rimba menuju ke area parkir di WanaWisata Kakek Bodo.
Perjalanan hari itu cukup menyenangkan, bersantai melakukan trekking di hutan liar. Dengan segala potensi keindahan dan ancaman akibat ketidakwaspadaan kita, kiranya merupakan sesuatu prosedur wajib yang harus ditaati oleh semua trekker. Bahwa di alam liar, kita tidak bisa bersikap seenaknya. Perlu kewaspadaan dan kondisi fisik yang prima untuk bisa menjelajah didalamnya.
Selamat menikmati dokumentasi kami, dan mari kita Jejalan…