Pantang Surut Memburu Kabut
Tidak sampai dua jam perjalanan santai dari arah Surabaya, kami telah memasuki daerah Lawang, Malang. Sengatan terik mentari menjelang siang yang kami rasakan disepanjang jalanan dari Surabaya, sontak berubah seketika sejuk dan adem tatkala memasuki area Kebun Teh Wonosari Lawang. Kami mengurangi laju kecepatan motor, melepas helm sambil mengemudi lebih santai menikmati perjalanan memasuki area Kebun Teh yang berada di Lereng Gunung Arjuna ini.
Tepat pukul sebelas siang, kami memasuki areal parkir perkebunan yang konon telah eksis sejak tahun 1910 ini. Walau dulunya bekas peninggalan pekebunan jaman Belanda, semenjak Kemerdekaan perkebunan Teh Wonosari Lawang sudah diambil alih, dan saat ini dikelola oleh PTPN sekaligus dijadikan sebuah wisata alam perkebunan yg menyajikan beragam fasilitas dan berbagai jenis rekreasi.
Kami mencoba berkeliling melihat segala aktivitas pengunjung yang asyik menikmati fasilitas di areal ini. Ada kereta kelinci, mini zoo, taman bunga, play ground. Juga arena outbund yang dilengkapi dengan jogging track dan jalur trek kendaraan ATV. Sementara untuk pengunjung yang menginap, disediakan fasilitas penginapan dengan meeting room dan fasilitas kolam renang air panas. Cukup kompleks untuk areal tempat wisata perkebunan. Apalagi di dekat pabrik pengolahan teh, terdapat Koperasi swalayan wonosari yg menjual souvenir dan oleh-oleh khas, kebanyakan memang olahan daun teh. Dan di sudut koperasi disediakan area Tea Corner yang menyediakan sajian teh alami dari hasil perkebunan itu sendiri.
Memang keberadaan fasilitas pendukung itu cukup memuaskan pengunjung. Disamping mereka bisa menikmati hamparan hijaunya perkebunan teh disepanjang jalur trekking yang sebagian lintasannya sudah beraspal dan bisa dilalui mobil. Namun bagi kami, sabtu siang itu lebih menarik jika kami gunakan berkeliling sembari menyaksikan ibu-ibu setengah baya yang asyik memetik teh langsung dari perkebunan. Kami sarankan waktu paling baik berkunjung kemari adalah sabtu menjelang akhir pekan, karena jika bertepatan hari Minggu, bisa dipastikan tempat ini akan dipenuhi pengunjung, serta anda tidak akan menemukan momen para pekerja yang asyik memanen teh, karena hari Minggu segala aktivitas pengolahan teh termasuk pabrik libur.
Setelah hampir satu jam trekking membelah perkebunan, serta menyempatkan diri mengambil gambar-gambar unik dan berpose serba menarik. Mendung gelap mulai menggelayut disertai rintik hujan gerimis. Seketika para pengunjung berlarian mencari area berteduh, namun tidak dengan kami. Begitulah, kami justru semakin dalam masuk kearea perkebunan sembari memasang perlengkapan tempur yang telah kamisiapkan. Mantel hujan, sandal anti selip, serta seperangkat kamera.
[/wpcol_1half_end]
Inilah salah satu konsep Jejalan yang sedikit berbeda, dikala pengunjung lain mengutuk datangnya hujan yang mengganggu liburan mereka, kami justru berniat kemari untuk menunggu datangnya hujan. Karena salah satu daya tarik Kebun Teh yang jarang ditemui adalah keunikan kabutnya yang kerap muncu seusai hujan lebat. Karena itulah kami berkunjung tepat di musim hujan dan menjelang sore, sengaja untuk memburu kehadiran kabut yang eksotik itu.
Tak terasa berapa lama waktu telah berlalu, tetapi kami dengan sabar menanti hujan usai sembari menggigil menahan dingin ditengah perkebunan. Jalur trek mulai banjir dan disepanjang hamparan hijaunya perkebunan itu tidak ada orang lain kecuali kami berempat yang sedikit gila, mematung dengan kamera ditangan menunggu hujan reda. Namun sayangnya, walau hujan telah reda, kabut beum juga muncul. Dengan kekecewaan yang menyesakkan dada, kami melangkah gontai dengan kaki gemetar menahan dingin menuju kearah Selatan Pabrik, dimana terdapat para penjual makanan.
Boleh jadi hujan siang itu memang lebat, namun suhunya belum cukup dingin untuk mendatangkan kabut. Apa boleh buat, kamipun terpaksa mampir ke warung-warung kaki lima, sekedar menikmati makan siang menjelang sore. Banyak pilihan makanan diarea ini, mulai bakso, nasi goreng, mie, gado-gado dan masakan praktis lainnya. Dengan ditemani para pengunjung lain yang nampaknya menikmati makan dan berteduh sejak siang tadi. Tiba-tiba hujan kembali turun lebih deras lagi.
Untuk kedua kalinya para pengunjung kecewa, rencana mereka menikmati liburan sampai sore kembali terganggu. Akan tetapi, kami semakin semangat dan deg-degan menunggu hujan reda. Walau pakaian masih sedikit basah, dan mantel hujan belum kering betul, kami Pantang Surut Memburu Kabut.
Tepat pukul tiga sore hujan mulai reda, disaksikan pandangan-pandangan aneh dari para pengunjung lain, kami menghambur masuk lagi kedalam area perkebunan. Memburu kabut yang mulai turun seiring berakhirnya hujan. Sungguh pemandangan yang luar biasa, kepadatan kabut menciptakan pemandangan yang samar diarea perkebunan hijau itu. Seolah ada nuansa mistis, imajinasi kami melayang pada berbagai hal tentang keindahan, misteri, dan juga rasa penasaran. Mengingatkan kami akan tampilan film-film horror kelas Hollywood. Walau jarak pandang terbatas, kami tetap menyeruak menerobis diantara dedaunan teh, mengambil gambar-gambar yang cukup menarik untuk disajikan bagi para penikmat Jejalan.
Akhir cerita, jam empat sore kami mengakhiri perburuan dan keluar dari area perkebunan. Tentunya dengan kepuasan yang luar biasa karena berhasil mendapatkan apa yang kami buru. Meskipun demikan, daya tarik keberadaan kabut di Kebun Teh masih memancing penasaran kami hingga saat ini.
Semoga dimusim hujan lain waktu, tim Jejalan bisa mendokumentasikan keunikan ini dengan lebih baik. Jejalan Yuk…!
Comments
2 CommentsAyos
Dec 9, 2011Pantang Surut Memburu Kabut, judul yang keren! Truely cool!
rani ardian
Oct 11, 2015wah kebun teh lawang itu bagus ya soalnya q mau kesana bulan desember 2015 sekolah q mengadakan LDKS di kebun teh lawang gk sabar ingin ke sana