Tinggal di Pulau Impian

Akhir-akhir hari ini saya mencoba belajar membiasakan diri untuk mulai mendokumentasikan segala macam aktivitas dengan cara menulis. Orang bilang untuk dapat menulis dengan baik harus banyak membaca. Sedari kecil saya memang sudah terbiasa membaca. Tapi ya itu tadi ‘just read‘ nggak lebih, akibatnya saya cuma jago membaca saja dan tidak jago menulis. Haha aneh memang tapi ya itulah saya, dan seperti yang sudah saya bilang tadi, kali ini saya mulai belajar untuk menulis dengan ‘baik’.

Hal pertama yang saya lakukan adalah memperbanyak kembali aktivitas membaca tetapi kali ini tentunya dengan sedikit analisa cara penulisannya. Malam ini waktu sedang asyik mencari sumber bacaan, perhatian saya berhenti pada sebuah website yang menawarkan majalah digital. Seperti namanya, ‘ISLANDS’ isinya memang menceritakan tentang eksotisme pulau-pulau di dunia. Isinya tidak hanya full description artikel tetapi juga foto-foto keren yang kalo boleh meminjam istilah mereka, disebut ‘breathtaking photography’.

Islands, Richly illustrated magazine for travelers eager to explore the world

Malam ini saya fokus membaca Islands Magazine edisi Juli-Agustus 2011, yang isinya bercerita tentang 20 pulau terbaik di dunia untuk ditinggali. Imajinasi saya langsung melayang ke tempat-tempat eksotis di dunia seperti di film-film maupun acara dokumenter televisi semacam National Geographic maupun Discovery Channel, haha katrok memang saya, tetapi siapa sih yang tidak suka melihat pulau-pulau eksotis dengan pantai nan menawan, apalagi bermimpi untuk dapat tinggal dan hidup di sana.

Peta Pulau Terbaik di Dunia
Daftar Pulau Terbaik di Dunia, Islands Magazine July-August 2011
Preview Islands Magazine
Salah Satu Preview Halaman Islands Magazine

Mulai dari Bora Bora, Caribbean, Tahiti hingga ke Bali dan sekitarnya, sungguh lokasi yang selama ini memang terkenal menawan di dunia. Ditunjang dengan layout foto-foto yang super besar, majalah ini sukses membuat otak dan mata saya sedikit terhibur mendapati kenyataan bahwa tinggal di kota nan panas dan macet, tetapi itulah kota saya yang bagaimanapun tetap punya keunikannya tersendiri.  Dalam hati saya oke suatu hari saya harus mengunjugi tempat-tempat tersebut, kalau punya banyak uang banyak tentunya. Amin, hehe…

Note: Versi free majalah ini hanya dibatasi sampe 3x Zoom saja, selebihnya Anda harus membayar $9.97 US untuk Full Digital Versionnya.

Kebun Raya Purwodadi

Jalan Utama
Jalan Utama Kebun Raya

Teriknya matahari yang menyorot jalan utama Surabaya-Malang siang itu, seolah tak kami hiraukan. Bising deru mesin kendaraan yang berlalu-lalang tanpa henti di jalan raya utama kawasan Purwodadi Pasuruan, juga samasekali tak mengganggu konsentrasi kami. Di tempat itu, kilometer 65 arah selatan raya arteri Surabaya – Malang, tepat pada sisi Timur jalan, rerimbunan pepohonan di Kebun Raya Purwodadi menjadi tampilan yang menarik bagi para pengguna jalan. Pagar pembatas warna oranyenya yang seragam, seolah merupakan aksen diantara warna hijau lebatnya dedaunan dan vegetasi didalam area Kebun Raya.

Tidak sedikit para pengguna jalan yang berhenti disepanjang tepian pagar pembatas Kebun Raya itu, sekedar untuk berteduh, atau meluangkan waktu beristirahat selama menempuh perjalanan. Begitu pula dengan kami, daya tarik Kebun Raya yang berdiri pada 30 Januari 1941 ini menyimpan banyak potensi untuk dijadikan tujuan travelling.

Dengan tarif tiket masuk yang cukup terjangkau (Rp. 4500,-), pengunjung bisa menikmati berbagai aktivitas santai di Kebun Raya seluas 85 ha ini. View jalan aspal yang menjadi akses utama menyambut para pengunjung membujur dari Pintu Masuk Barat ke arah Timur, dengan rangkaian pohon-pohon beragam jenis di kiri dan kanannya. Lantas jalan aspal tersebut terpisah di berbagai titik, menyebar di samping jalan akses utama, berupa lintasan aspal ukuran sedang, lintasan jalan cetakan beton atau bahkan jalan kecil berbatu. Cukup menarik bagi para penggemar treking kelas santai hingga menengah.

Jalur Treking
Salah Satu Jalur Treking

Sebagai penggila aktivitas trekking, kami tak sungkan lagi menyusuri liku-liku berbagai jenis jalan tersebut. Di beberapa titik jalan, bisa ditemukan penataan landscape yang unik dan bergelombang, beberapa jembatan buatan dari beton maupun komposisi antara besi dan kayu. Serta ada pula beberapa jalur berbatu yang diselimuti lebatnya vegetasi, hingga dasar jalan menjadi lembab dan dihuni ekosistem jutaan serangga. Hampir dua jam kami menyusuri kelokan demi kelokan serta percabangan jalan. Pada sisi Timur-Utara Kebun Raya, kami temui area Sungai Baung yang cukup terkenal. Suara gemuruh derasnya arus sungai menjadi sensasi tersendiri, menyatu dengan nuansa alami hijaunya Kebun Raya.

Keberadaan beberapa fasilitas pendukung juga tersebar secara acak disekeliling spot-spot area Kebun Raya. Diantaranya hamparan plaza pedestrian outdoor, kolam ikan dilengkapi dengan sepeda perahu, gazebo untuk beristirahat, serta kolam renang khusus anak-anak yang tepat berada disisi akses jalan utama.

Kolam Renang Anak
Fasilitas Kolam Renang Anak

Di beberapa lokasi dengan topografi datar, hamparan rumput hijau segar menyapa pengunjung bak permadani raksasa, menyajikan sebuah keunikan diantara lebatnya kurang lebih 10.000 jenis tumbuhan yang dikoleksi Kebun Raya Purwodadi.

Kendati beberapa fasilitas seperti kursi beton, sepeda perahu dan juga rumah-rumahan pohon kondisinya sedikit tidak layak pakai. Kebun Raya Purwodadi masih memiliki daya tarik untuk dijadikan sebagai sarana berlibur akhir pekan. Entah bersama keluarga, para relasi, teman satu komunitas atau bahkan bagi kelompok-kelompok pelajar sebagai sarana penelitian pendidikan di bidang bootani.

Udara Segar
Kebun Raya tempat yang cocok untuk menikmati udara segar

‘Stabilize’ Video Hasil Shooting

Waktu itu saya dan seorang teman memang berencana mencoba salah satu fitur dari kamera pocket Canon S95 yang baru dibeli. Kami tertarik dengan fitur miniatur effect yang terdapat di kamera tersebut, dan berusaha untuk mencobanya langsung ke lapangan, sekalian test drive gitu. hehe.

Miniature Effects Canon s95
Miniature Effects, Lokasi : Jalan Basuki Rachmat Surabaya

Kamera ini memiliki output video dalam format *.MOV H-264. Pengambilan gambar mode miniatur effects tidak stream seperi video umumnya, tetapi gambar diambil dalam setiap beberapa detik, tergantung setting-an kita. Default-nya memang per-3 detik, tetapi terdapat beberapa opsi untuk settingan waktu yang lain. Dari beberapa kali mencoba, memang setting per 3 detik ini yang paling pas, menurut saya pribadi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Mungkin lain cerita kalau Anda ingin mencoba mengambil landscape dengan tujuan menangkap pergerakan matahari (daylight movement), saya rasa timer per-3 detik akan terasa sangat amat lambat sekali. Walaupun Anda bisa juga sih mengolah kecepatannya di software video editor, tinggal mempercepat prosesnya sesuai keinginan, Voillaa… jadilah video anda.

Miniature Effects Canon s95
Miniature Effects, Lokasi : Galaxy Mall Surabaya

Saya rasa cukup untuk pengenalan fitur kamera, kembali ke proses pengambilan gambar. ketika di luar ruangan alias outdor, hampir tak ada msalah sama sekali, tinggal pasang kamera ke Tripod, dan tunggu untuk beberapa menit hasil yang sempurna-pun telah jadi. Nah ketika mencoba mengambil gambar di dalam Galaxy Mall saya mulai bingung, Beberapa petugas keamanan terlihat mondar-mandir, ini menyusahkan pengambilan gambar. Maklum saja di Mall-mal umumnya memang ada peraturan yang melarang aktifitas pengambilan gambar, kecuali atas ijin. Terlebih lagi Mall yang satu itu memang terkenal sedikit strict soal aturan, saya jadi inget kejadian teman beberapa tahun yang lalu, hanya gara-gara mau masuk pake sendal jepit akhirnya dilarang untuk masuk. Sebenarnya dongkol sih waktu itu, tapi sekarang kalo diingat-ingat lagi jadi ketawa sendiri.

Masih soal ribetnya mengambil gambar di dalam Mall tersebut, pada akhirnya terpaksa harus secara sembunyi-sembunyi dan pake metode handheld. Karena kalau pake tripod akan lebih mengundang perhatian petugas keamanan. Ukuran dan bentuk kamera pocket ini memang paling enak buat mengambil Video, dengan gaya seolah-olah mengoprasikan handphone maka proses pengambilan gambar berjalan lancar, he he he.

Nah di sinilah masalah baru muncul, karena handheld maka goncangan terhadap kamera atau lebih umum disebut camera shake tidak bisa dihindarkan, walaupun sudah diminimalisir dengan bersandar ke pagar sekalipun. Goyangnya perut waktu bernafas menyumbang efek camera shake cukup signifikan. hal itu memang tak bisa dihindari, yang bisa diminimalisir saja dengan trik-trik simple, kecuali kalau tipe tangan anda adalah tipe tripod, seperti beberapa teman saya yang memang fotografer berbakat, ahaha…

Tetapi jangan khawatir, dengan berbagai metode video yang bergoncang atau shake bisa stabilkan. Kali ini saya mencoba mengurai salah satu cara untuk menstabilkan video yang shacking dengan bantuan program Adobe After Effects. Memang bukan cara yang termudah yang bisa dilakukan, tapi setidaknya ini cara paling standard tanpa bantuan plugins. Teknik yang dilakukan menggunakan bantuan Motion Tracking tools-nya Adobe After Effects.

oke step by step-nya sebagai berikut :

    1. Buka Adobe After Effects, dan import footage yang shaking tersebut, dan masukkan kedalam New Composition (Ctrl+N), pastikan durasinya sama dengan footage (video) yang di-import tadi.

tips : cara paling mudah dan “New Compostition” tersebut otomatis menyesuakan dengan durasi footage, adalah dengan menarik footage tersebut ke dalam New Composition Icon dibagian bawah Project Window. Lihat gambar 1

AE New Composition
Gambar 1: New Composition dengan cara draging footages
    1. Double click layer footage pada timeline. Biasanya akan muncul Tracker Window, jika tidak maka cari di bagian ‘Window > Tracker’.
    2. Jika ‘Tracker’ sudah muncul maka klik tombol ‘Stabilize Motion’, lalu aktifkan mode Position dan Rotation, maka tracking point terdapat 2 buah. Lihat gambar 2 & 3
AE Tracking Tools Parameter
Gambar 2: Tracking Tools Parameter
AE Tracking Point
Gambar 3: 2 Tracking Point yang dihubungkan sebuah garis
    1. Letakkan posisi tracking point 1 dan 2 di lokasi/titik yang paling kontras pada footage

tips : cari titik kontras yang selalu terlihat mulai dari frame awal hingga akhir footage, dan pastikan titik tersebut titik pada object-object yang diam.

    1. Jika sudah yakin dengan peletakan yang anda lakukan, tinggal tekan tombol dengan play forward pada bagian analize, atau play backward jika ingin meng-analize secara mundur, tergantung posisi current time indikator Anda pada timeline. Jika dalam analisa anda posisi tracking point ada yang loncat dari posisi semula, maka anda dapat menghentikan proses Analize dan geser Current Time Indikator pada timeline tepat dimana posisi tracking point tersebut meloncat. Kembalikan secara manual ke posisi yang benar dan lakukan proses analize kembali. Ulangi lagi proses tersebut jika terjadi lagi hingga proses analize komplit sampai akhir frame.

tips : proses pemilihan titik tracking yang benar-benar kontras dan visibility-nya baik sejak diawal, akan meminimalisir kejadian Point Tracking meloncat posisinya. Lihat gambar 4

AE Tracking Lines
Gambar 4: Pemilihan Tracking Point pada After Effects
    1. Jika proses analize sudah selesai, Anda tinggal menekan tombol apply maka selesailah proses stabilize footage anda. Lihat pada layar, posisi footage Anda akan bergeser dan berotasi di stage view untuk mengadaptasi posisi tracking point agar tetap stabil.
    2. Proses selanjutnya adalah men-scale footage anda agar bagian yang terlihat berotasi dan bergeser hilang dari stage. Sebenarnya anda bisa langsung melakukan scaling pada layer footage, pilih layer tekan tombol “S” pada keyboard maka parameter scale akan keluar dibawah nama layer, anda tinggal mengaturnya besaran scaling seperlunya agar footage tercover semua bangian-bangian yang terlihat berotasi dan begeser tersebut.

tips : add new Null Object untuk membantu scaling dengan memparentkan layer footage ke Null. Null dapat di keyframeing Posisinya (tekan “P” pada keyboard) untuk menganimasikan posisi footage seperlunya. Umumnya dengan itu besaran scale dapat dikecilkan sedikit, Tujuannya meminimalkan area yang terkena croping. Lihat gambar 5, 6 & 7

Parenting Layer
Gambar 5: Proses Parenting Layer
Scaling Via Null
Gambar 6: Scaling dengan bantuan Null Object
AE Scaling Footage
Gambar 7: Scaling Footage

Untuk sementara itu dulu Tips dan Trik mengolah video hasil jejalan dari kami. Pertanyaan atau rikues seputar tips dan trik jejalan lainnya akan berusaha saya tampilkan disini. Semoga berguna.

Kue Putu Jedul

“Sebuah keunikan dibalik suara siulan yang Legendaris”

Putu Jedul
Putu Jedul

Jalanan masih sedikit basah setelah diguyur hujan berjam-jam. Apalagi sudah menjelang jam Sembilan malam. Aktivitas di kota kecil tempat saya tinggal tentunya sudah mulai sepi. Orang-orang lebih suka menghabiskan malam yang dingin ini dengan menonton teve dirumah, atau mungkin membungkus tubuh erat-erat dengan selimut diatas tempat tidur.

Bagi saya, melewatkan malam yang dingin dengan perut lapar bukanlah kompromi yang baik, apalagi dihadapan saya hanya ada secangkir  teh hangat dengan rasa aroma melati, sungguh bukan malam yang sempurna, pikir saya.

Sayup-sayup dari kejauhan, terdengar suara siulan yang cukup panjang. Seperti bunyi seruling satu nada yang mendengung tanpa henti.  Bagi sebagian orang, suara siulan dimalam hari yang sepi ini, tentunya menimbulkan rasa penasaran dan tentunya pikiran akan dipenuhi dengan nuansa mistis. Beda halnya dengan saya, siulan malam ini adalah indikator kedatangan penjual makanan favorit saya.

Dengan sedikit tergesa, saya keluar dari rumah. Jauh disudut jalan, si empunya suara terlihat samar-samar melangkah diantara sorot-sorot lampu jalanan. Dengan tertatih-tatih membawa pikulan dipundaknya, Pak Juki sudah hampir sebelas tahun menekuni profesinya sebagai penjual Kue Putu keliling di pinggiran Kota Bangil.

Kue Putu, sebuah jajanan tempo dulu. Bentuknya seperti potongan pipa kecil dengan warna hijau atau putih. Terbuat dari adonan tepung beras dengan isi gula merah didalamnya. Disajikan bersama taburan kelapa parut diatasnya. Sederhana memang, tapi penuh dengan keunikan tersendiri.

Bagi saya, menikmati kuliner Kue Putu, tidak bisa hanya diapresiasi ketika dirasakan dalam mulut saja. Tapi kesempurnaan Kuliner ini, tentunya dengan meluangkan waktu untuk menyaksikan proses pembuatannya.

Adonan tepung beras dan gula jawa, dimasukkan kedalam cetakan-cetakan yang biasanya terbuat dari potongan bambu sepanjang 7-8 centi, dengan diameter seukuran ibu jari kaki. Lantas kedua ujung dipijat-pijat dipadatkan, selanjutnya ujung bambu tadi dikukus diatas lubang-lubang uap air panas. Tentunya dengan bergantian di kedua ujungnya.

Belum lima menit, kesepuluh cetakan kue putu pesanan saya sudah matang. Pak Juki dengan cekatan jari-jemarinya mengambil semua tabung bambu yang masih panas itu.  Lubang – lubang tempat memasak kue Putu tadi lantas ditutupnya lagi dengan batangan bambu seukuran tusuk gigi. Lirih terdengar suara siulan panjang yang nyaring dan khas. Kiranya inilah asal muasal sumber bunyi siulan itu.

Selanjutnya dengan sebuah potongan kayu tumpul dia mendorong (men-jedul) salah satu ujung cetakan hingga kue putu matang keluar dari sisi cetakan satunya. Semerbak bau khas kue putu panas yang keluar dari cetakan membius penciuman saya. Potongan-potongan kue itu tercetak sempurna, mengepulkan uap panas, ditiriskan diatas selembar daun pisang dengan taburan parutan kelapa diatasnya.

Inilah kue putu yang legendaris itu. Didaerah saya lebih pupoler dengan sebutan Putu Jedul, karena dibuat dengan cara mendorong (men-jedul) untuk mengeluarkan dari dalam tabung bambu cetakannya.

Didaerah lain mungkin kue ini ditemui dengan nama dan teknis penyajian yang berbeda. Termasuk penjualnya ada yang sudah memakai gerobak dorong, tidak dengan pikulan seperti didaerah saya.

Dengan harga 500 rupiah per potongnya, menikmati kehangatan dan kelembutan tekstur kue putu di malam hari yang dingin, adalah sebuah sensasi tersendiri. Keunikan rasa tepung beras dikukus, dan legitnya gula merah merupakan teman yang pas kala disantap dengan secangkir teh hangat manis.

Singkat cerita, saya tak sabar untuk segera menikmati sajian Kuliner istimewa kali ini. Pula Pak Juki kembali melanjutkan petualangan malamnya menyusuri jalanan pinggiran Kota Bangil, untuk menjajakan Kue Putu.

Akhirnya, suara siulan malam yang legendaris itu perlahan sayup-sayup terdengar semakin menjauh, bersamaan dengan lenyapnya sosok Pak Juki dan pikulan keranjang kue Putunya di tikungan ujung jalan perumahan.

note : di Semarang dikenal dengan nama “putu bumbung”

Klepon Gempol

Sensasi Cairan Gula “Muncrat” didalam Mulut, masih tetap menjadi Fenomena

Tidak ada yang unik dari tampilannya. Berbentuk bulat seukuran kelereng, berwarna hijau pandan, dengan taburan parutan kelapa diatasnya. Namun, citarasa Klepon menjadi unik dan penuh sensasi ketika anda mencoba menikmatinya.

Keunikannya adalah, tatkala konsumen menikmati masing-masing butiran klepon, seketika cairan gula akan “muncrat” didalam mulut, memberi sensasi rasa manis diantara kekenyalan daging klepon itu sendiri. Anda akan sulit berhenti mengunyah, hingga tanpa disadari butiran-demi butiran klepon dalam satu kotak habis dalam sekejap.

Klepon terbuat dari adonan tepung beras ketan yang dibentuk bulatan-bulatan seukuran kelereng. Sebelumnya, didalam masing-masing bulatan klepon itu, diisi oleh cairan gula merah. Kemudian, dengan cairan gula didalamnya, klepon direbus hingga matang. Lantas disajikan dengan parutan kelapa diatasnya.

Semenjak pertengahan tahun 90-an, kuliner ini memang sudah lama menjadi makanan khas yang dijajakan disepanjang jalan utama Gempol – Pasuruan. Anda akan temukan puluhan kios yang menjual klepon disepanjang jalan wilayah Gempol, Wahyu Klepon, Lisa Klepon, Ridho Klepon, Klepon Barokah, Klepon Gangsar, dan banyak lagi yang lainnya.

Sejatinya, Klepon termasuk salah satu dari rangkaian Jajanan Pasar tradisional yang sudah ada sejak lama. Di pasar-pasar tradisional, Klepon dijual bersama jajanan lain semisal Cenil, Lupis, Gempo, Klanting, dan lain-lain. Namun, karena ada keunikan yang cukup khas, tak heran para konsumen lebih mengidolakan makanan yang di daerah lain juga  dinamai dengan sebutan “Onde-onde” ini.

Walau termasuk jajanan lokal tempo dulu, keunikan dan citarasa klepon memang masih mampu bertahan hingga sekarang. Apalagi saat ini Klepon telah dikemas dalam wadah yang menarik, serta memungkinkan untuk dibawa ke tujuan lain sekedar untuk buah tangan atau dinikmati sendiri. Eksistensi Klepon mungkin tidak akan tergilas jaman.

Kendati bencana Lumpur Lapindo berimbas dengan ditutupnya jalan tol Gempol, namun peminat Klepon tidak pernah surut. Bahkan beberapa pengendara dengan tujuan Malang lewat jalan raya Porong – Japanan, rela menempuh jalur memutar lebih jauh kearah Gempol, demi mendapatkan beberapa kotak jajanan klepon.

Masing –masing kotak biasanya berisi antara 12 – 15 butir klepon. Dengan harga yang cukup terjangkau (Rp. 3000, – Rp. 3500,) per kotaknya. Sensasi cairan gula “muncrat” didalam mulut bisa menjadi pengalaman yang istimewa bagi para pecinta kuliner.

Nasi Punel Ibu Riana

Warung nasi punel ibu Riana
Warung nasi punel ibu Riana
Lokasi : Pasar Baru Bangil, Blok Sisi Selatan – buka setiap pagi jam 06-00 s/d 10-00

Boleh jadi kesan pertama ketika anda melihat gerai nasi Punel ini adalah, sebuah warung mungil di kompleks pasar tradisional. Memang benar, menempati sebuah kios permanen dengan ruangan sedikit gelap, bangku-bangku dan meja kayu sederhana, lantai tegel abu-abu (mengingatkan saya akan sekolah dasar jaman orde baru), dan tentunya si empu pemilik warung yang senantiasa turun tangan sendiri dengan “kostum” kebesarannya, nuansa lokal tradisional.

Kembali ke makanan, sajian Nasi Punel dengan piring beralas daun pisang masih tetap dari tahun ke tahun. Nasi Punel yang hangat disajikan bersama beberapa “aksesoris” wajib, seperti Tempe Mendol berukuran sebesar kelereng, sate kelapa yang biasanya juga disajikan seukuran kelereng, sate kerang (jika anda beruntung datang pagi), bothok bobor (pepes kelapa manis berukuran mini), sayur rebung dengan tahu seukuran penghapus pensil, klomotan (entah apa anda menyebutnya) bisa berupa kikil atau tulang rawan yang dimasak bumbu bali. Dan paling penting adalah lauk utamanya yang bisa anda pilih sendiri, Dendeng, Empal, Paru, Lidah, Babat, Limpa bahkan di beberapa penjual lain juga menyediakan lauk Usus, dan Hati.

Dari segi penyajian, Bu Riana mungkin tidak terlalu memperhatikan estetika, semua lauk seolah ditumpuk jadi satu, namun nuansa tradisionalnya masih terasa, anda belum tentu menemukan sendok garpu sebagai alat makan, nikmati saja dengan tangan, karena itulah sejatinya menikmati nasi punel. Pula tidak akan terlihat tempat-tempat tissue diatas meja, melainkan serbet atau lap dengan motif kotak-kotak hitam putih khas bungkus nasi pulang kenduri.

Nasi punel di gerai ini masih standar, disajikan hangat-hangat panas dan sensasinya adalah, saat tercium aroma khas kala nasi panas bertemu dengan daun pisang (saya tak bisa menceritakan lebih detail, lebih pas kalo anda sendiri yang mencobanya). Lauk pendamping favorit saya adalah sate kerang. Sate kerang ini hanya satu tusuk, berisi sekitar 5-6 butir kerang seukuran kuku jari, rasa bumbunya tidak terlalu kaya dan se-“menyengat” sate kerang khas bangil, namun bumbu “ringan”-nya sangat pas dinikmati menemani nasi punel. Tapi,  jika anda datang sedikit lebih siang, saya pastikan anda akan kehabisan.

Bothok bobornya juga cukup unik, dibungkus daun pisang ditusuk lidi, anda akan sedikit “kecewa” dengan isinya yang tak lebih banyak dari sesuap nasi, namun jika anda merasakan tekstur bothok kelapa-nya yang lembut, manis dan sedikit asin santan, kekecewaan akan lunas terbayar.

Untuk tempe mendolnya, saya belum menemukan taste yang unik, terkesan biasa seolah makan tempe goreng dengan bentuk mini dan sedikit “alot” tentunya. Namun jika menilik sate kelapanya, akan terasa tekstur yang lembut, bagaikan bothok-bobor versi goreng. Kadang anda akan sedikit surprise ketika didalam sate kelapa, anda menemukan suwiran daging atau dendeng, benar-benar sensasional.

Beralih ke klomotan, kebetulan saya mendapatkan kikil dan sebutir daging bergajih, masih hangat pula. Tekstur kikilnya kenyal dan sedikit membuat jengkel geraham saya, namun untunglah bumbu bali-nya terasa soft dan cocok ketika bertemu nasi punel hangat. Sementara daging dan gajih klomotannya terasa lembut dan tidak terlalu membuat gigi saya harus bekerja keras melumatnya.

Sayur rebung yang menemani nasi punel juga cukup unik, rasanya seperti seolah dibumbui sayur lodeh, namun cukup ringan dan terasa sedikit pedas bagaikan dicampur bumbu bali. Rebung – rebung itu dimasak sedemikian rupa sehingga masih terasa renyah di mulut, sangat khas rasanya. Sementara tahu yang menemani rebung, mungkin tidak terlalu sensasional, jika boleh saya katakan, tahu rebus ini adalah sebagai formalitas.

Lauk utama bisa anda pilih, anatara dendeng, lidah, empal, paru, dll. Tapi favorit saya tetap dendeng, karena lauk dendeng lebih kaya bumbu, dan dibanding lauk-lauk pendamping yang lain, dendeng masih terasa lebih dominan jika dipilih sebagai lauk utama. Tentunya saya juga pernah mencoba lauk lain seperti paru, lidah, empal dll. Dan bagi saya semuanya recomended, bumbunya kuat, teksturnya lunak, anda tidak akan kesulitan saat menikmati lauk-lauknya yang tiap potongnya rata-rata berukuran sepertiga sandal jepit itu.

Dan satu hal lagi yang pasti, jangan pernah melupakan sambal nasi Punel. Sambal langsung diuleg ditempat, dicampur dengan irisan kacang panjang, adalah teman sejati jika anda menikmati nasi punel. Porsinya memang tidak lebih dari dua sendok makan, namun bagi para pecinta sambal, porsinya mungkin masih kurang. Apalagi pedas dan rasa sambal yang cukup garang, dengan kerenyahan irisan kacang panjang, membuat saya menyarankan agar jangan pernah sungkan untuk minta tambah sambal.

Diakhiri dengan meneguk teh hangat, wisata kuliner saya di pagi itu cukup memuaskan. Sembari melihat sekeliling, bangku-bangku reot sudah dihuni oleh berbagai pelanggan, mulai dari bapak-bapak PNS yang akan masuk kantor, sopir-sopir angkutan, para makelar pasar, dll. Nasi punel memang untuk segala kalangan.

Nasi Belut Kraton

Apa yang ada dipikiran anda ketika mendengar kata “Nasi Belut”…? Unik, aneh, asing, atau bahkan ada yang menolak membayangkan bentuk masakannya.Bagi sebagian orang memang Belut masih dianggap binatang yang jarang dikonsumsi. “Geli”, demikian komentar mereka yang tidak suka makanan dengan embel-embel kata “belut”. Akan tetapi, jika si Belut sudah dimasak dan berubah dari bentuk aslinya, saya rasa anggapan mereka bisa berubah.

Dari sekian banyak tempat yang menjajakan nasi belut, ada satu warung kecil nan mungil (kalau anda sepakat dan merasa layak menamakannya sebagai warung) di utara jalan raya Bangil – Pasuruan, tepatnya didepan Pom Bensin Kraton, yang menurut saya mampu memuaskan lidah para penikmat kuliner.

Warung Nasi Belut Kraton
Warung Nasi Belut Kraton

Jangan berkecil hati jika anda melihat tempatnya yang mirip dengan bangunan darurat pengungsi tsunami aceh, hanya berupa bilik 6×4 meter, dengan partisi semi permanen dari kayu2, beratap seng. Berkamuflase dengan pohon peneduh tepi jalan raya. Tak salah rasanya bila anda berpikir, besok atau lusa “warung” sederhana bercat putih kapur ini akan lenyap diobrak oleh Pol PP atau bahkan ambruk dengan sendirinya karena diterpa hujan angin.

Warung buka setiap hari mulai pukul 14.30 – 16.00. Ya…, benar, tidak lebih dari dua jam, karena masakan berbakul-bakul nasi, dan dua panci besar lauk belut akan habis dalam waktu singkat. Mungkin anda tidak percaya, tapi saya sudah membuktikan. Jauh-jauh perjalanan menuju lokasi, hanya disuguhi bakul dan panci kosong, serta segerombolan penikmat kuliner yang terkapar dengan perut bak ibu hamil, terengah-engah kekenyangan didalam warung.

Akhirnya, hari itu saya sempatkan datang lebih awal. Pukul 2 siang saya sudah stand by di lokasi. Hitung-hitung berkesempatan menyaksikan empunya warung mengolah Nasi belut. Dan ternyata saya tidak sendirian, pintu warung masih belum dibuka, sudah banyak pemburu-pemburu nasi belut lain yang berdatangan, terutama para pelanggan. Saya tahu, tempat duduk didalam warung hanya bisa untuk empatbelas orang, tapi diluar sudah menunggu enambelas orang termasuk saya. Sekali lagi, ini kondisinya warung masih belum buka.

Tigapuluh menit kemudian, si empunya membuka pintu warung, kami berebut masuk laksana gerombolan pemudik berebut angkutan. Ruangan dalam warung seketika menyapa, bangku-bangku kayu usang yang kokoh, meja penjual dengan rak kaca yang dipenuhi bakul nasi mengepulkan uap panas, serta panci-panci besar belut mentah yang masih berendam bumbu.

Atap seng membuat kondisi ruangan jadi panas, apalagi di ujung ruangan, ibu setengah tua, sang empunya warung masih asyik menggoreng belut dengan wajan raksasa dan api dari potongan balok kayu-kayu bakar seukuran tiang telepon. Anda bisa rasakan sendiri panasnya ruangan itu.

Belum lagi bapak-bapak yang tidak sabar menunggu mulai menyalakan rokok, ditambah dengan asap kayu bakar, ruangan mulai dipenuhi asap. Atap seng yang dipenuhi lubang-lubang bekas berkarat, membuat cahaya masuk kedalam serta menciptakan sorot-sorot cahaya ajaib ditengah ruangan yang penuh asap.

nasi-belut-pasuruan-2

“Sreeenngg…”, bunyi senampan belut mentah yang masuk kedalam wajan penggorengan mengejutkan lamunan saya. Seketika bau gurih menyeruak kedalam ruangan, beradu dengan bau khas uap nasi yang masih panas. Belut-belut mentah itu menari-nari dalam kolam wajan berisi cairan minyak mendidih, bau bumbu-bumbu mukjizatnya membius penciuman kami, para pembeli yang secara tidak sadar kompak satu komando melongok ke pojok ruangan, memastikan bahwa makanan akan segera matang.

Dalam satu porsi nasi belut, disuguhkan pula potongan-potongan daun kubis yang sudah matang dikukus, dan juga irisan mentimun. Potongan-potongan lauk belut itu tampak mempesona lidah, ditata diatas hamparan nasi panas, disiram bumbu sambal kacang khas masakan pecel belut.

nasi-belut-pasuruan

nasi-belut-pasuruan-3

Tanpa tunggu lama lagi, masakan yang masih setengah panas itu langsung saya santap dengan lahap. Tak peduli walau mulut dan lidah sedikit menderita terkena makanan panas, yang penting segalanya terbayar oleh kenikmatan menyantap nasi belut dikala hangat-hangat panas.

Belut-belut ini dimasak sedemikian rupa sehingga teksturnya terasa pas di mulut. Tidak digoreng terlalu kering, hingga saya pun dengan mudah melolosi daging dari duri belut, semudah melepas kertas penutup stiker. Belum lagi, rasa asin dan gurihnya belut, menciptakan chemistry sensasional ketika bertemu sambal kacang yang tidak begitu pedas. Dan jangan lupa, bagi penggmar citarasa pedas, dimeja masing-masing pembeli, juga disediakan sambal tomat yang rasanya juga khas, dan cukup mantab pula jika anda nikmati bersama sambal kacang yang tidak terlalu pedas tadi.

Tanpa terasa sepiring nasi belut sudah tandas dalam sekejap, menyisakan  remah-remah butiran bumbu kacang yang terselip disela-sela gigi. Beberapa pembeli lain masih menyempatkan diri menyalakan rokok, menambah asap dalam ruangan. Dan beberapa lagi masih sanggup menambah satu porsi nasi belut lagi,benar-benar ingin memuaskan diri, seakan menikmati nasi belut kali ini adalah sebuah kesempatan langka, yang hanya terjadi sekali seumur hidup.

Segelas teh hangat, dengan cita rasa kekuatan aroma khas teh wangi, mengakhiri petualangan kuliner saya kali ini. Tidak ada nafsu untuk menambah porsi lagi (walau ingin), bagi saya nasi belut spesial seperti ini, harus bisa dinikmati kembali di lain waktu. Toh, harga per porsinya tidak mahal-mahal amat. Ditambah segelas teh hangat, anda tidak sampai mengeluarkan biaya seharga dua liter bensin.