Citarasa Khas Para Pecinta Pedas
“Yang membuat saya selalu rindu adalah suwiran daging ayam super nikmat, dan plecing kangkung pedasnya”,
Begitulah komentar saya ketika kami memutuskan untuk mampir ke salah satu rumah makan di jalan utama menuju bandara Lombok Praya waktu itu. Sebagian orang mungkin berujar “belum ke Lombok kalau tidak sekaligus mencicip Nasi Puyung”. Namun menurut kami, sudah menjadi keharusan untuk mencicip sensasi kuliner yang memang memiliki citarasa pedas khas ini.
Beruntunglah bagi mereka para penggemar rasa pedas, apalagi menjelang jam makan siang tiba, dan disaat tubuh mulai letih setelah menjelajah beberapa pantai. Dengan perut kosong menahan lapar yang menggelora, serta deraan terik matahari dan hempasan angin panas pantai, pandangan mata kami serasa gelap tatkala memasuki rumah makan. Mungkin efek silau hamparan pasir putih di pantai sebelumnya yang membuat ruangan rumah makan itu terasa kurang cahaya, atau bisa jadi rasa lapar dan lelah kami mengakibatkan tulisan di buku menu serasa kabur, hahaha.
Tapi kami pasrah saja tatkala rekan kami memilihkan menu standar Nasi Puyung dan Plecing Kangkung yang memang sudah menjadi menu andalan di rumah makan ini. Mungkin saja dia sudah tahu, bahwa kami sudah lelah dan benar-benar kelaparan, sehingga pesanan kami tidak perlu menunggu waktu lama untuk muncul dan tertata rapi memenuhi meja. “Nyaamm… Waktunya berpesta” demikian komentar partner jejalan disebelah.
Tampilan menu ini memang sederhana, nasi putih dengan lauk ayam kampung goreng, serta suwiran daging ayam diolah kaya bumbu sedikit pedas. Ada pula tambahan sayuran tumis, dan taburan udang kering serta kacang kedelai. Sementara Plecing kangkung terlihat lebih menarik dengan siraman sambal segar dan kacang tanah goreng menghias tampilan diatasnya. Kendati terlihat biasa saja, namun terasa istimewa tatkala kami menyantapnya.
Tekstur khas ayam kampung yang dagingnya sedikit liat, berpadu dengan pedasnya plecing kangkung yang segar, membuat mulut kami tidak berhenti mengunyah. Apalagi rasa khas suwiran daging ayam yang gurih, asin, pedas, manis, serta tekstur kacang kedelai goreng. Benar-benar perpaduan unik dan khas yang membuat saya ketagihan. Obrolan dan bahasan tentang keindahan pantai-pantai Lombok yang tadinya meramaikan suasana, sontak hening dan sepi karena hanya terdengar suara berkecap dari mulut-mulut yang dipenuhi kunyahan makanan, diselingi dengan helaan nafas dari mulut karena rasa pedas yang demikian hebat.
“Wah, makan siang yang demikian istimewa”, demikian pikir saya. Konon dulu Nasi Puyung juga dikenal dengan Nasi Balap Puyung, karena para penjualnya saling balapan untuk menjajakan dagangannya. Tapi episode kali ini, justru kami berempat yang saling balapan untuk menghabiskan makanan dipiring masing-masing. Hehehe.