ArtJog adalah gelaran seni rupa tahunan Yogyakarta. Bertempat di Taman Budaya Yogyakarta Jl. Sriwedani no 1 Yogyakarta. Tahun ini karya yang ditampilkan sebanyak 224 dari 155 orang perupa, baik dari dalam maupun luar negeri.
Malam minggu waktu itu selepas trip singkat ke Gunung Kidul, saya menyempatkan diri mengikuti ajakan teman lama untuk melihat pembukaan ArtJog. Saya memang tidak mengikuti dari awal pembukaannya yang kira2 dimulai sejak pukul tujuh malam, mengingat saya baru meluncur dari terminal Wonosari – Gunung Kidul sekitar pukul enam sore lebih. Pukul delapan malam lebih saya baru sampai di lokasi pembukaan ArtJog 2012 ini. Begitu menginjakkan kaki dipelataran Taman budaya, saya melihat anyaman bambu utuh didepan gedung, seketika kesan awal yang saya tangkap adalah pameran seni kali ini akan keren.
Tidak lama dipelataran Taman budaya itu juga saya bertemu teman yang sudah menanti. Kemudian teman saya mengajak masuk kedalam lagi untuk menyaksikan Orkes ‘Sinten Remen’ pimpinan musikus Djaduk Ferianto. Sembari berdesakan bersama penonton lain kami menikmati musik-musik plesetan yang berisi kritik sosial politik yang sedang berkembang di masyarakat. Cukup menarik dan menghibur, beberapa liriknya menjadi bahan ger-ger-an penonton malam itu.
Tak lama berselang, teman yang juga menampung saya bermalam di kosannya itu, mengajak bergeser masuk ke dalam gedung. Kali ini untuk menikmati melihat karya-karya perupa yang ada di dalam gedung. Berbagai karya lukis, patung, foto, seni installasi, videoart serta multimedia memenuhi sudut-sudut ruangan di di gedung Taman Budaya tersebut. Beberapa yang menarik perhatian saya adalah ketika sebuah ruangan diset warna hitam kelam dan di atasnya disusun gumpalan awan yang terbuat dari kapas, kemudian diberi benang-benang turun ke lantai menyerupai hujan, serta divariasi dengan tembakan cahaya projector ke belakang layar, jika kita mencoba berjalan melewati ruangan dengan suasana dreamy tersebut, seketika banyak imajinasi yang muncul memenuhi kepala. Keren!.
Beberapa karya seni menarik lainnya adalah beberapa buah baju digantung, kemudian dibagian tangannya yang berbentuk kaki kuda, turun menapak hingga ke lantai, sedangkan si pemakai baju adalah beberapa orang manusia asli, kombinasi yang unik menurut saya. Sebenarnya banyak sekali interpretasi yang muncul dibalik karya seni yang ditampilkan disana, beberpa berbicara tentang kritik akan keadaan, beberapa lainnya merupakan karya absurd, dimana saya pribadi tidak dapat mencari gagasan dibalik terbentuknya karya tersebut. Ya tidak ada yang salah dengan hal tersebut, beberapa perupa terkadang cuma menuruti egoisme yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Tak perlu karya harus bermakna menurut orang lain, yang jelas kepuasan berkarya dalam beraktualisasi diri lebih diutamakan.
Malam itu saya menyusuri karya satu persatu sambil sedikit berdesakan dengan pengunjung yang lain, beberapa karya cuma saya lihat sekilas, sedang beberapa lainnya mampu menarik saya untuk tinggal lebih lama dan menikmatinya hingga puas. Kira-kira selama 40 menit kemudian saya memutuskan keluar, memberi ruang untuk penonton lainnya. Ya mengingat banyaknya peminat pameran malam itu, penonton tidak dapat masuk langsung masuk dalam ke gallery, melainkan harus mengikuti pengaturan petugas serta panitia pameran.
Kondisi gallery akan sangat berbeda di waktu malam pembukaan dengan hari biasa. Waktu malam pembukaan kondisi penontonnya berjubel dan sesak, sehingga saya kurang nyaman untuk menikmati karya-karya yang ada. Maka pada hari minggu siang saya kembali mengunjunginya lagi, untuk sekedar menikmati beberapa karya dengan lebih nyaman. Tapi kali ini seorang teman yang merupakan editor majalah travel digital asal Jogja yang menemani saya.
Mengingat pameran ini masih berlangsung hingga tanggal 28 Juli 2012. Jika tidak ada halangan saya sarankan Anda untuk menikmati dan mengapresiasi langsung karya-karya perupa disana. Atau sebelumnya anda juga bisa mengunjungi situs resmi ArtJog untuk mengunduh Guide Book-nya terlebih dahulu.