… Jaranan, jaranan jarane jaran Teji,
Sing nunggang ndoro Bei,
Sing ngiring para Mantri,
Jlek jlek nung, jlek jlek nung…
Syair lagu jaranan yang populer dimasa kecil saya itu terus membahana mengiringi malam. Alunan gamelan dan tetabuhan lain juga berkumandang di area kompleks Candi Jawi, salah satu lokasi wisata sejarah yang terletak di jalan raya Pandaan – Prigen, Pasuruan. Tidak seperti biasanya, malam itu Candi Jawi bersolek, puluhan batang lilin menghias diseluruh sudutnya. Serta sorot lampu spotlight menyinari sisi depannya. Pintu gerbang kompleks candi pun dibuka nonstop dari pagi sampai petang hari, dan momen itu dimanfaatkan beberapa pengunjung untuk menyesaki tepian panggung yang disusun didepan candi menghadap jalan raya.
Kebetulan hari Sabtu malam itu bertepatan dengan malam Purnama. Dan sudah menjadi agenda rutin Dinas terkait, diselenggarakan pentas seni budaya dengan setting kompleks Candi Jawi. Kebetulan malam itu menampilkan tarian kreasi baru bertema Jaranan, yang para penarinya berasal dari sanggar seni disekitar Prigen Pasuruan.
Acara dimulai semenjak pukul 19.00 dengan dibuka penampilan beberapa penari putri. Dengan kostum biru dan kuning mencolok, serta riasan khas penari jaran kepang, mereka menari gemulai dibawah terang sinar bulan. Walau tarian yang ditampilkan terlihat sederhana, namun antusiasme warga yang menghadiri acara cukup banyak, tepian panggung penuh sesak oleh penonton yang didominasi ibu-ibu dan anak-anak kecil.
Selanjutnya giliran tampil sekelompok penari putra yang mengenakan setelan biru. Masih dengan tema tarian yang sama, para penari putra ini tampil lebih trengginas lagi diatas panggung. Dibanding sebelumnya, gerakan mereka terlihat lebih rancak dan bertenaga. Hentakan-hentakan cambuk meledak memecah udara malam mengagetkan para penonton cilik yang segera beringsut mundur menjaga jarak dari tepi panggung. Kuda lumping tunggangan mereka seakan bergerak liar mengikuti alunan musik gamelan yang temponya semakin cepat dan penuh semangat.
Tak pelak lagi, penampilan tari jaranan kali ini langsung membius seluruh penonton yang hadir. Bahkan beberapa pengguna jalan sempat menghentikan kendaraan untuk sekedar menengok kearah keramaian di Candi Jawi. Beberapa muda-mudi yang berencana menghabiskan malam minggu justru memarkir motornya berdesakan didepan pagar kompleks Candi. Sesekali mereka mengarahkan kamera telepon selulernya mendokumentasikan momen-momen unik ini. “jarang-jarang malam minggu ada hiburan yang beginian mas, mending kami weekend sambil nonton ginian daripada sekedar makan-makan di café dan resto seperti biasanya”, komentar seorang remaja putri dari Sidoarjo yang kebetulan mampir menghabiskan malam minggu bersama pasangannya di Pandaan.
Dipenghujung acara, tari jaranan kembali dibawakan oleh sekelompok bocah kanak-kanak yang lucu dan menggemaskan. Para penonton terutama yang ibu-ibu, terus memberi tepuk tangan tiap kali bocah-bocah usia Taman Kanak-kanak itu bergerak rancak mengikuti irama musik gamelan. Kendati terlihat seperti baru belajar, bocah-bocah itu tetap all-out berkonsentrasi menampilkan seluruh rangkaian gerakan tari hingga usai. Betul-betul semangat yang patut diapresiasi. Setidaknya mereka lebih menguasai gerakan khas tari Jaranan, daripada Gangnam Style yang lagi populer saat ini, demikian pikir saya sembari tersenyum simpul.
Menjelang pukul 21.00 acara tari jaranan usai ditampilkan, giliran beberapa MC yang mengisi acara dengan banyolan berbalut ala ludruk. Dengan pakaian tradisional, mereka menyampaikan pesan-pesan akan pentingnya menggelar kesenian khas budaya lokal. Apalagi jika itu diselenggarakan di tempat yang punya nilai sejarah dan budaya seperti Candi Jawi. Tentunya akan menambah nilai lebih sekaligus edukasi bagi para generasi muda, ujar mereka sembari menutup acara.