Saya memperlambat laju kendaraan tatkala memasuki tikungan pertigaan Kejayan. Jalan arteri yang menghubungkan Pasuruan dengan Malang itu terlihat lebih ramai daripada biasanya. “Tidak salah lagi, ini pasti tempatnya”, demikian pikir saya, sembari seksama memperhatikan tikungan jalan yang dilalui sungai lebar dibawahnya. Tanpa ragu lagi kami memarkir kendaraan dan langsung mengikuti mereka yang berjalan menyusuri tepian sungai menuju pusat keramaian.
Sesuai info beberapa teman dari Paguyuban Cak Yuk Kabupaten Pasuruan, pada pagi ini diselenggarakan acara unik di Kejayan – Pasuruan. Dalam rangka menyambut Sumpah Pemuda 28 Oktober 2012 yang bertepatan dengan hari Minggu, digelar pula acara bertajuk Fashion On The River. Yaa, sesuai dengan judulnya, acara ini menyuguhkan parade Fashion diatas aliran sungai. Bukan sekedar berjalan dipanggung atas sungai, tapi benar-benar berjalan “mengapung” diatas permukaan sungai.
Fashion On The River ini diagendakan rutin oleh siswa-siswi SMAN 1 Kejayan setiap peringatan Sumpah Pemuda. Dengan mengambil tempat di sungai Complong – Kejayan, aliran air akan menjadi pengganti karpet merah bagi para peserta parade. Dan pada gelaran kali kedua ini, tim jejalan berkesempatan menyaksikan uniknya sebuah Karnaval fashion diatas sungai.
[one-half-first][/one-half-first]
[one-half][/one-half]
Menjelang pukul Sembilan pagi, para peserta sudah mulai bersiap di lokasi. Sepasang pelajar berseragam menaiki rakit pertama dengan masing-masing membawa bendera Merah Putih. Dipimpin beberapa dewan guru dari tepi sungai, acara dibuka dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan. Darah serasa berdesir dan suasana mendadak hening tatkala Indonesia Raya berkumandang. Semua peserta dan penonton ditepi sungai bersama-sama menyanyi, bahkan bapak pengunjung disamping saya tak kalah antiusias menyanyi dengan suara lantang mengikuti aba-aba dari dirigen. Dari ekspresi dan semangatnya saya yakin betul, pasti bapak setengah baya ini serasa muda kembali di peringatan hari Sumpah Pemuda ini. Hehehe.
Setelah bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan disusul mengucapkan Sumpah Pemuda, satu demi satu peserta mulai berangkat dari garis start. Satu atau dua pelajar dengan kostum kreasi mereka, berdiri diatas rakit yang turut dihias sedemikian rupa. Dengan berpose didepan para penonton disepanjang tepian sungai, rakit berjalan mengikuti aliran air sungai dipandu oleh dua tiga teman lain yang berendam sepertiga badan didalam air sungai. Mengatur dan mengarahkan rakit agar tetap stabil berada ditengah jalurnya.
Haha, cukup lucu dan menarik juga. Bukan hanya gemelap warna-warni kreasi desain yang membuat Karnaval diatas air ini terlihat unik, tapi juga melihat perjuangan para pesertanya kadang membuat saya dan beberapa teman tersenyum geli. Bayangkan betapa sulitnya mereka berusaha berdiri bak peragawan peragawati diatas goyangan rakit yang diterpa arus sungai, butuh keseimbangan ekstra agar mereka tetap bisa berdiri stabil sembari menahan rasa takut akan terpeleset dengan kamuflase senyum yang menghias bibir.
Lihat pula perjuangan para pengendali rakit yang ada dibawah permukaan air. Mereka rela berbasah kuyup, berendam sampai ke batas leher, mengeluarkan tenaga ekstra untuk menjaga rakit tidak terbawa arus dan tetap stabil di tengah sungai. Usaha mereka untuk menyemarakkan acara ini patut diacungi jempol. Bahkan sebagian besar peserta juga rela menyisihkan uang saku beberapa waktu sebelumnya, untuk bisa membeli tambahan aksesoris karnaval bagi regu mereka.
Cukup banyak juga rakit yang menjadi peserta acara kali ini, rata-rata memang menampilkan kreasi fashion dengan tema keBhinekaan suku bangsa di tanah air. Masing-masing regu yang mewakili kelas tampil all out menyajikan kreasi fashion ala pelajar SMA yang kompetitif. Bahkan yang membuat saya kagum adalah, para pelajar lain yang tidak turun menjadi peserta karnaval, juga turut hadir menonton dengan dresscode Batik.