Grand Master Jalanan

Malam itu udara tidak begitu dingin, setidaknya tidak sedingin Bromo sewaktu saya kunjungi saat Kasada tahun lalu. Akhirnya saya bersama seorang teman memutuskan jalan kaki dari penginapan menuju pasar dadakan. Pasar dadakan ini selau ramai disaat malam menjelang ritual Kasada dimulai.

Tetapi sebelumnya kami berhenti dahulu dipinggir jalanan yang menurun menuju lautan pasir. Sejenak mengamati Pura Luhur Poten di kaki gunung Batok. Samar-samar tertutup kabut tipis. Kamerapun saya keluarkan untuk sedikit mengabadikan pemandangan sekeliling. Ah rupanya saya kurang beruntung, tidak lama kabut mulai menebal membatasi pandangan mata. Saya mengurungkan niat untuk memotret lagi, dan bergeser kembali ke keramaian pasar dadakan.

lautan pasir bromo malam hari
Lautan Pasir Bromo di Malam Hari
Warga tengger menunggu Puncak Kasada
Warga Tengger Menunggu Prosesi Malam Puncak Kasada

Gerombolan penduduk terlihat menunggu puncak acara ditengah malam disana. Hal itu saya ketahui setelah bertanya ke salah seorang yang asyik duduk dipinggir jalan. Memang mereka adalah warga yang rumahnya jauh dari lokasi acara, sehingga lebih baik menunggu dari sore hari daripada kehilangan momen mengikuti ritual Kasada.

Kesempatan bergerombolnya warga maupun turis dalam jumlah banyak tentu memancing banyak pengusaha kecil menawarkan dagangan maupun jasanya kepada siapa-saja yang membutuhkan. Beragam hal yang mereka tawarkan dari penjual makanan, minuman tradisional alias jamu, hingga penjual kupluk dan sarung tangan untuk pengunjung yang kelupaan membawanya dari rumah.

Penjual Jamu Tradisional
Penjual Meracik Jamu Tradisional

 

Grand Master Jalanan
‘Grand Master’ Jalanan

Saya dan teman sempat berhenti lama mengamati seorang ‘Grand Master’ jalanan yang menantang setiap orang yang lewat untuk mencoba catur tiga langkah. Teman saya yang merasa pecatur handal di ‘facebook chess’ merasa tertarik untuk mencoba. Cukup lama dia mengamati susunan catur yang sudah disiapkan oleh sang ‘Grand Master’. Hingga pada suatu ketika teman saya tersenyum dan mencoba menjelaskan analisanya yang memastikan dia pasti menang telak. Ketika hendak mencobanya saya cegah.

Jangan itu orang cari makan, kasihan kalau nanti dia kalah beneran, kata saya.

Hehe tidak apa-apalah, nanti uang hasilnya kita belikan nasi dan dikasihkan kembali ke orangnya, teman saya menimpali sambil tertawa ringan.

Sayapun ikut tertawa geli setelah mendengar jawaban yang bernada bercanda itu.

Ya memang tidak ada niatan untuk benar-benar main dalam permainan sang ‘Grand Master’ jalanan yang sedang mengadu ilmu di pasar kaget Bromo tersebut. Setelah mengambil beberapa gambar akhirnya kami memutuskan kembali ke penginapan untuk beristirahat.

Teman Jejalan di Homeland

Sekilas tentang Bromo dan Scenery indahnya, beberapa footages diambil pada dua kesempatan berbeda. Pertama sebulan sebelum acara Kasada di Bromo dimuali. Sedang satunya lagi adalah ketika puncak acara Kasada itu sendiri. Dan pada saat bertepatan dengan acara Kasada, teman-teman dari Hifatlobrain mengeksekusi ide pembuatan video tentang traveling. Video ini diberi judul Homeland, sebuah pesan pendek tetang seorang pejalan pada akhirnya akan dianggap sukses jika sudah kembali ke rumah.

Eksekusi video tersebut berangkat dari kata-kata seorang penulis asal China, “No one realizes how beautiful it is to travel until he comes home and rests his head on his old, familiar pillow.

Hal yang tidak berbeda  dapat kita amati sebagai budaya bangsa kita Aktivitas pulang kampung atau dikenal dengan sebutan mudik selalu menjadi tradisi tahunan, baik bagi individu maupun kelompok masyarakat yang merantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik menjadi  momen penting dalam mempertahankan tali silaturahmi dengan kerabat dikampung, terlepas dengan embel-embel bahwa si pemudik telah benar-benar sukses di perantauannya ataupun malah sebaliknya.

Continue reading “Teman Jejalan di Homeland”