Menanti Festival Teluk di Timur Indonesia

Tulisan ini diikutkan dalam “Jailolo, I’m Coming!” Blog Contest yang diselenggarakan oleh Wego Indonesia dan Festival Teluk Jailolo

Pejalan mana sih yang tidak tertarik mengunjungi Jailolo di Halmahera Barat ini?… Apalagi ketika Jailolo sedang punya hajat besar tahunannya. Ya Festival Teluk Jailolo 2013, festival yang diselengarakan di sebuah wilayah yang punya sejarah masa lalu yang melegenda, dikombinasikan dengan eksotisme alamnya yang memukau. Siapa sih yang tidak ingin kesana?. Sebagai pejalan yang suka mengabadikan perjalanan dengan Foto dan Video. Terbersit keinginan kuat untuk dapat mengunjungi Jailolo ketika dalam kondisi cantik dan bersolek dalam balutan sebuah Festival Teluk. Dimana masyarakatnya siap menyambut siapapun yang datang dengan kulinernya yang aduhai serta senyum warna-warninya yang ramah.

Keinginan saya juga didasarkan untuk mengenalkan Jailolo kepada masyarakat luas sekembalinya dari sana. Untuk mengenalkannya tentu saya harus berkenalan terlebih dahulu. Saya ingin mengenal warganya, sejarahnya, kulinernya serta juga alamnya dengan lebih dalam lagi. Melalui penggalian cerita, pengamatan dan pengabadian moment dalam frame kamera tentu akan membuat saya lebih bersemangat lagi menceritakan Jailolo kepada siapapun. Videography tentu menjadi andalan saya ketika nanti bercerita.

Jailolo layak mendapatkan perhatian masyarakat luas, sebagai wilayah yang bersejarah bagi bangsa ini, sudah waktunya Jailolo diangkat dan diperkenalkan lagi, bukan hanya sebagai object yang diceritakan dalam buku-buku sejarah, tentang kekayaannya rempah-rempahnya yang membuat bangsa Eropa datang kemari. Lebih dari itu, ini tentang tentang budaya dan kearifan lokal yang tidak pernah pudar, cerita nyata tentang The Treasure of Golden Spice Islands.

Yang dapat dilakukan untuk mempromosikan Jailolo agar mendapat perhatian wisatwan adalah dengan melakukan Integrated Marketing Communication, apa itu? secara sederhana adalah melakukan aktivitas promosi yang menyeluruh dan terintegrasi satu dengan lainnya. Hal yang paling sederhana adalah dengan menyeragamkan pesan yang ingin disampaikan. Cara-cara yang dapat dilakukan masih tetap sama baik melalui media-media konvensional (offline), maupun media online yang dewasa ini menjadi kemudahan wisatawan menggali informasi. Hanya dengan seragamnya pesan yang ingin disampaikan maka akan memaksimalkan gaungnya. Cara ini sangat efektif untuk menarik perhatian audience lebih banyak.

Namun ada beberapa hal berikut ini menurut saya juga harus diperhatikan ketika membuat rencana promosi yang terintegrasi.

Foto yang Informatif tentang Jailolo, hal unik apa yang dapat ditawarkan kepada wisatwan agar tertarik berkunjung dan menikmati langsung eksotisme yang ditawarkan melalui foto tersebut. Entah sepenggal keindahan alam, sesendok kezatnya kuliner khas Halmahera dan berwarananya alam bawah laut Halmahera. Hal ini wajib disebarkan keluar sebagai identitas kuat Jailolo.

Membuat Video Promosi, data dari studi Google 2012 tentang wisata dan video, ternyata banyak traveler sekarang memperhatikan video sebelum mengunjungi sebuah destinasi. Dengan maksimalkan keunggulan persuasif Video dalam bercerita. Maka perlu dibuat video berseri tentang masing-masing keunikan yang bisa didapatkan wisatawan jika berkunjung ke Jailolo. Entah seri kuliner, seri wisata bawah laut, ataupun seri budaya setempat.

travel-video

Kontinuitas Promosi, ini hal simple tapi penting namun sering terlupakan. Umumnya promosi sebuah destinasi hanya sekali dan besar ketika ada semacam event atau festival. Kemudian promosi meredup seiring selesainya Event tersebut selesai dilaksanakan. Hal itu yang harus di hindari oleh dinas pariwisata Halmahera Barat, diusahakan walaupun tidak banyak tetapi update informasi ataupun promosi wisata harus dilakukan terus. Terutama update untuk di Media Sosial yang adopsinya semakin meluas disaat ini. Promosi model ini akan efektif jika melibatkan interaksi dua arah. Baik untuk bertukar informasi atau menjadi moderator jika ada pertanyaan tentang Jailolo. Jika tidak akan sama saja dengan model komunikasi di media konvensional.

Sinergi antara promosi dengan kesiapan di lapangan. Kadang kala ini bisa menjadi bumerang jika terlewatkan, bagaimana mungkin kita melakukan sebuah promosi yang bertolak belakang dengan kemampuan lapangan mengantisipasi dampak promosi itu sendiri. Semisal daya tampung lokasi, sarana prasarana penunjang yang memprihatinkan. Jika hal ini sampai terjadi, yang ada adalah testimoni buruk Jailolo akan menyebar, tentu ini tidak pernah di inginkan ketika kita berusaha membangun citra baik untuk pariwisata di Halmahera.

Demikianlah kira-kira yang dapat saya utarakan berkaitan dengan keinginan merasakan secara langsung Festival Teluk Jailolo 2013 yang segara diselenggarakan pada tanggal 16-18 Mei esok.

Jember Fashion Carnaval 2012

“Pertunjukan Kelas Dunia dari Kota TERBINA (Tertib, Bersih, Indah dan Aman)”

Adalah seorang Dynand Fariz yang sukses membawakan sebuah karnaval kelas dunia di kota tempat dirinya berasal. Ya Jember adalah sebuah kota kabupaten kecil di Jawa Timur  bagian selatan, di kota ini seorang Dynand Faris tumbuh dan berkembang, sebelum akhirnya sukses merintis karir didunia seni dan fashion. Beliau berhasil menjadikan Jember sebagai tempat untuk menyelenggarakan sebuah karnaval tahunan yang mampu menyedot perhatian wisatawan luas, baik domestik maupun internasional.

Hari minggu kemaren (8 Juli 2012), saya menyempatkan diri untuk melihat langsung gelaran karnaval fashion ke 11 ini, yang mengusung tema “EXTREMAGINATION”. Agar lebih leluasa dalam pengambilan dokumentasi acara, jauh-jauh hari saya sudah diberi tahu teman untuk mendaftarkan diri sebagai fotografer di website resmi panitia. Ya dengan mendaftarkan diri maka diwaktu pelaksanaan acara kita akan medapatkan Id card photografer. Dengan adanya Id card ini, akan memudahkan kita memasuki area utama karnaval ketika sudah berlangsung, termasuk juga kemudahan mengambil gambar di area persiapan rias dan make-up peserta sebelum acara dimulai.

Karena baru pertama kali ini saya berkunjung ke kota, tentu butuh guide lokal nan handal, untuk menjelajah kota dalam waktu kunjungan yang singkat. Pilihan saya jatuh pada sahabat lain, Arman Dhani seorang fresh graduate wartawan dari media lokal yang kerap dijuluki sebagai ‘sing nduwe Jember’ (yang punya Jember), oleh teman-temannya. Dengan ditampung di Istananya yang mewah dengan puluhan kamar (baca: kost-kostan), maka terhindarlah saya dari serangan udara dingin kota Jember dikala malam menjelang.

Tetapi sejujurnya saya bingung, sebenarnya saya itu ditampung di Istana atau di Perpustakaan sih? dari sudut kesudut ruangan isinya tumpukan buku, yang saya yakin 90% diantaranya belum pernah saya baca, hehe. Ya saya maklum, Dhani adalah seorang kawan yang gemar mengkoleksi buku. Dirumanya terenyata ada dua kamar penuh dengan buku ketika saya mencoba bertanya lebih jauh tentang buku koleksinya.

Reputasinya Dhani sebagai mantan wartawan lokal tak perlu diragukan lagi, orang ini kenalannya banyak, hampir disetiap tempat yang kami kunjungi banyak bertegur sapa dengan temannya. Belum lagi si Dhani hapal jalan-jalan dan sejarah sebuah bangunan tua di sudut-sudut kota Jember, benar-benar membantu saya untuk dapat mengenali dengan cepat seluk beluk kota tempat festival fashion ini  berlangsung.

Kembali ke acara Karnavalnya sendiri, acara yang di kukuhkan sebagai karnaval terbesar ke-4 dunia setelah Mardi Grass New Orleans, Rio De Jeneiro dan Fastnatch koln Jerman ini, baru dimulai sekitar pukul 12.30 minggu siang. Acara berlangsung cukup meriah, dengan mengusung tema EXTREMAGINATION, perserta dikelompokkan dalam beberapa grup dengan konsep kostum yang sama. Parade kostum yang extrem dan unik mengiasi delivile dengan jarak tempuh sekitar 3,5 KM tersebut. Setiap rombongan peserta dengan kostum satu konsep melintas di ikuti dengan sebuah mobil pick-up full dengan sound system memutar jenis musik yang menunjang dan  menghidupkan konsep kostum yang baru saja melintas di jalan. Memang ini adalah sebuah gelaran acara yang mampu membuat kota kecil Jember menjadi berwarna dan lebih semarak sehingga menarik minat wisatawan.

JFC

Hanya sedikit yang menurut saya kurang sreg dari acara ini tetapi masih dapat dimaklumi adalah konsep acara yang terpaku pada pakem fotografi. Baik pemahaman dari sudut peserta hingga panitia. Tetapi di sini saya cukup maklum, mengingat id undangan yang tersedia adalah fotografer, walaupun sebenarnya waktu acara kemaren, saya lebih menekankan untuk mengambil video. Yang bikin kurang sreg buat videografer adalah, peserta yang sering berpose patung sehingga kurang ekspresif untuk diambil dalam format video, hanya beberapa peserta yang terlihat cukup dinamis dengan berpose dan bergerak sesuai tema kostumnya. Mungkin akan sangat berbeda dengan official videografer,  mereka lebih leluasa melintasi dan bergerak diantara peserta sehingga bisa mendapatkan sudut-sudut pengambilan gambar yang lebih menarik dan variatif.

Diluar hal tersebut sih, acaranya tetap menarik untuk dinikmati, ya semoga tahun depan ada id khusus untuk videografer, dan tentunya dengan kewenangan yang lebih fleksible. Ya tentunya dengan verifikasi khusus agar hanya benar-benar orang yang berkepentingan dengan dokumentasi video yang bisa mendapatkannya.